FILSAFAT PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA
Dasar Filsafat Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Masalah dan kekurangan dalam pengetahuan ini merangsang keingin tahuan intelektual. Melalui penelitian ilmiah, masalah dapat diselesaikan dan kekurangan dapat ditiadakan dan berikut akan menghasilkan pengetahuan lebih banyak dan lebih baik karena diperoleh secara ilmiah. Pengetahuan yang lebih baik ini pada gilirannya dapat membantu memvalidasi dan menjelaskan filsafat, dengan demikian siklus telah sempurna. Siklus ini telah terjadi berulang kali dalam satu disiplin. Tiap bagian siklus ini berhubungan dengan bagian lain dalam satu pola urutan. Sikulus ini dapat berlangsung dalam arah yang berlawanan, sebagai contoh filsafat dapat melalui pemikiran yang mendalam dan kritis menambah sesuatu kepada pengetahuan dan scholarship. Filsafat meletakkan batas bagi scholarship dan penelitian tanpa memperhatikan kearah mana siklus ini bergerak. Filsafat merupakan suplemen dan juga komplemen bagi sains dan sebaliknya. Filsafat merupakan tujuan akhir dan berusaha menjawab pertanyaan “mengapa”, sedangkan sains adalah alat dan menjawab pertanyaan “bagaimana” (Barrow, 1977).
Sumber filsafat pendidikan jasmani dan olahraga. Secara menonjol filsafat dalam pendidikan jasmani adalah sumber dari semua tujuan jauh maupun dekat kriteria dan standar. Dari asas-asas pendidikan jasmani yang berdasarkan pada fakta ilmiah dan pertimbangan yang berdasarkan penalaran, timbullah filsafat dan terbentuklah nilai. Filsafat dari guru pendidikan jasmani dan olahraga secara kuat berakar dalam kehidupannya dan filsafat itu membentuk perilakunya karena filsafat menentukan nilai. Yang dimilikinya dan juga menentukan apa yang dilakukannya dan yang diajarkannya, bagaimana ia bertindak, dan apa yang menjadi perhatiannya.
Arti dan Cabang Filsafat
1. Arti Filsafat
Apakah filsafat itu? Kalau dilihat dalam kamus mengenai arti dari filsafat akan dijumpai penjelasan sebagai berikut; (a) cinta kepada kebijaksanaan dengan cara intelektual dan disiplin moral, (b) satu studi dari sebab-sebab dan hukum yang mendasari kenyataan, (c) satu sistem bagi hidup. Secara historis filsafat terdiri dari pencarian kebaikan, kebenaran dan keindahan, tetapi dalam masa mutakhir ini peranannya adalah untuk menemukan arti dalam semua benda (Abdullah; Manadji, 1994).
Menurut Barrow (1977) pada akhirnya semua nilai ditetapkan Oleh filsafat dan berasal dari pengetahuan. Pengetahuan ini dating dari banyak sumber seperti fakta yang tidak dapat dipisahkan dari bukti ilmiah, fakta yang diungkapkan oleh sejarah, fakta yang diungkapkan oleh pemikiran yang mendalam berdasarkan pada pendapat yang dianut waktu itu. Pendapat ini dapat berdasarkan pada fakta ilmiah, atau tradisi atau akal sehat. Filsafat itu berkenaan dengan kebenaran kenyataan dan nilai serta ia berhubungan dengan konsep seperti tujuan, maksud, asas, asumsi, hipotesis hal lain yang sejenis.
Kegunaan filsafat, salah satu kegunaan dari filsafat adalah berkenaan dengan batas pemikiran yang diperlukan untuk menentukan arah dan tujuan, kemudian penafsiran tentang tujuan dan arah yang telah dirumuskan sehingga dapat dipahami oleh pendidik. Kegunaan lain adalah dalam banyak segi dari pendidikan. Filsafat digunakan untuk menganalisis dan menilai tujuan pendidikan yang telah ada.
Siklus filsafat, pengetahuan dan proses ilmiah. Karena pengetahuan merupakan dasar bagi filsafat, tidak dapat dihindari bahwa ia merupakan bagian dari satu siklus yang terdiri dari pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah, filsafat dan proses ilmiah. Siklus ini diawali oleh pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah. Bila pengetahuan telah dipahami dan ia telah berfungsi dan memiliki kekuatan, maka akan menghasilkan filsafat yang lebih logis dan rasa nilai yang lebih kaya. Filsafat dan pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah berkaitan erat. Pengetahuan yang bermutu, yang diperoleh secara ilmiah akan menghasilkan filsafat yang lebih dapat diterima dan filsafat yang baik akan menunjukkan masalah dan mengungkapkan jurang dalam bidang pembelajaran (bookwalter dalam Abdullah; Manadji, 1994).
Sumber dari filsafat pendidikan jasmani dan olahraga mencakup banyak bidang. Salah satu sumber yang penting adalah sejarah. Ilmu dengan penekanan khusus pada biologi manusia, anatomi, fisiologi, psikologi dan kesehatan menghasilkan asas-asas, dan dari asas-asas ini dibentuk keyakinan dasar. Sosiologi dan antropologi kaya dengan pemikiran dan pengalaman yang akan mempengaruhi keyakinan dasar. Karena pendidikan jasmani dan olahraga juga dapat dikualifikasikan sebagai satu humanitas, banyak konsep dari ilmu-ilmu sosial mempengaruhi filsafat.
2. Cabang Filsafat
Karena filsafat mewarnai setiap tindakan atau konsep dari guru pendidikan jasmani dan olahraga sewaktu melakukan berbagai peran yang diisyaratkan oleh profesi pendidikan jasmani dan olahraga, akan dapat mengambil manfaat bila memiliki pemahaman yang lebih baik dari filsafat yang klasik serta kaitannya dengan berbagai aspek dari proses pendidikan. Begitu pula ia harus mengenal filsafat pendidikan yang berasal dari filsafat tradisional.
Menurut Barrow (1977), ada enam bidang studi pokok dalam filsafat seperti diuraikan berikut ini.
a. Metafisika
Metafisika berhubungan dengan keberadaan dan mempelajari hakikat sesungguhnya dari sesuatu. Ia menggunkan pendekatan spekulatif dan mengajukan pertanyaan tentang segala sesuatu mengenai manusia dan alamnya. Ia mencari jawaban terhadap penanyaan seperti; Apakah alam semesta ini mempunyai arti? Apakah Tuhan itu ada? Apakah ada roh?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dan sejenisnya tidak dapat dijawab oleh ilmu tetapi harus dipikirkan oleh setiap generasi baru. Tiap orang pada suatu waktu dalam hidupnya memikirkan hal ini. Manusia adalah makhluk metafisika dengan banyak sekali keinginan untuk menemukan arti tentang hakikat sesungguhnya mengenai dirinya dan alam sekitarnya.
b. Epistemologi
Epistemologi adalah teori dari pengetahuan dan penguasaannya. Ia berkenaan dengan hakikat dan jenis ilmu yang dapat diperoleh dan memperolehnya. Ia membicarakan tentang kebenaran, asal mulanya, hakikat dan batas-batasnya. Ada berbagai jenis kebenaran atau pengetahuan-pengetahuan yang diungkapkan oleh Tuhan, pengetahuan berdasarka pendapat para pakar, pengetahuan rasional melalui penalaran dan penimbangan yang sahid, pengetahuan empiris melalui pengamatan melalui indera.
c. Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari nilai. Puncak dari studi itu adalah pengembangan satu sistem nilai. Nilai dapat objektif seperti kebaikan, kebenaran atau keindahan bila itu adalah tujuan, atau nilai dapat subjektif bila merupakan alat untuk satu tujuan yang dalam banyak hal bercirikan keinginan pribadi. Nilai dapat tetap atau dinamis dan berubah, Nilai juga dapat berbeda dalam manfaat atau harga dan dapat pula dipandang mempunyai jenjang, ada nilai yang rendah atau tinggi dari yang lain.
d. Logika
Karena metafisika membicarakan tentang kenyataan, epistemology tentang kebenaran dan aksiologi tentang nilai, tentu ada metode penalaran yang benar dan tepat mengenai pertanyaan tentang ketiga cabang filsafat itu. Logika menjelaskan langkah-langkah yang tepat dalam menghubungkan pokok-pokok pikiran atau gagasan dan terutama berkenaan dengan metode induksi dan deduksi. Namun kedua metode ini telah diperluas dengan penalaran eksperimental dan pemecahan masalah yang mengarah kepada pemikiran yang akurat. Logika berusaha untuk memvalidasi standar yang digunakan untuk menilai keakuratan gagasan.
e. Etika
Sebenarnya etika adalah bagian dari aksiologi dan ia berkenaan dengan moral dan standar etika. Etika adalah satu studi dari hakikat perilaku yang baik dan hasil dari studi itu adalah satu filsafat moral. Dari filsafat moral ini berasal satu pengetahuan tentang betul dan salah, kode etik dan prilaku moral. Ia berupaya untuk menjawab pertanyaan “apakah kehidupan yang baik?” bagi manusia. Satu sistem etika dapat atau tidak dapat berkaitan dengan agama. Bila berkaitan, maka biasanya standar itu tetap dan tidak berubah. Bila tidak berorientasi, agama standar itu dapat dipandang berasal dari manusia dan ditentukan kebutuhan, minat dan keinginannya
f. Estetika
Estetika juga merupakan bagian dari aksiologi dan mempelajari hakikat dan keindahan dalam seni seperti lukisan, patung, music, drama, tari dan yang sejenis. Estetika mempelajari nilai dikaitkan dengan cara seniman mengekpresikan dirinya dan mencari jawaban dari pertanyaan “apakah keindahan itu?”.
Dari keenam kategori bidang studi utama tersebut di atas merupakan aspek dasar dalam pengembangan satu filsafat. Dari filsafat tradisional mengenai hidup dan juga tentang filsafat pendidikan dapat dipahami secara baik bila ia dipandang melalui kerangka kerja struktural tersebut. Keenan kompenen itu diperlukan buat bidang apapun seperti pendidikan jasmani dan olahraga, atau untuk filsafat pridadi sendiri.
Daftar Pustaka:
- Abdullah Arma & Agus Manadji. (1994). Dasar-Dasar Pendidikan Jasmani. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
- Barrow, H.M. Man and Movement. (1977). Principles of Physical Education (2nd ed). New York: Philadelphia.
- Paturusi, Achmad. (2012). Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: Rineka Cipta.
Posting Komentar untuk "FILSAFAT PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA"