ALIRAN FILSAFAT REALISME PENDIDIKAN JASMANI
Filsafat Realisme Pendidikan Jasmani
Adapun sejumlah aliran filsafat yang telah berkembang yang mempengaruhi pemikiran mengenai pendidikan. Aliran yang akan dibicarakan selanjutnya adalah Realisme yang dikaitkan dengan pendidikan dan pendidikan jasmani dan olahraga.
Realisme
Realisme menjadi satu filsafat yang terpisah dari yang lain semenjak lahir abab kesembilan belas dan awal abab keduapuluh. Berabab-abab sebelum itu, realisme kurang penting dari realisme mulai berkembang pada waktu yang realisme merupakan pemberontakan filsafat terhadap idealisme. Pertumbuhan dari metode ilmiah dan filsafat dari realisme modern timbul waktu yang hampir bersamaan. Konsep kunci dari realisme dapat dirumuskan secara umum seperti di bawah ini. Alam fisik adalah alam sesungguhnya, Realis menerima alam fisik sebagaimana adanya. Ia tidak beranggapan bahwa alam ini dibuat oleh manusia tetapi mengatakan bahwa alam itu terbuat dari zat. Alam fisik sama sekali tidak tergantung pada pikiran manusia. Realis berkata bahwa manusia dapat memahami alam fisik melalui indera dan pengalaman.
Semua peristiwa fisik yang terjadi dalam alam semesta adalah akibat dari hukum alam. Realis beranggapan bahwa tenaga dalam alam hukum fisikal mengontrol alam fisik. Keyakinan ini menjadi penyebab timbulnya ilmu-ilmu alam. Realis berkata bahwa lingkungan adalah satu akibat dan sebab dan bahwa kebaikan, moralitas dan keindahan sesuai dengan hukum alam. Sesuatu yang tidak sesuai dengan hukum alam adalah salah, tidak bermoral dan jelek. Manusia mengetahui alam fisik melalui pengamatan. Kebenaran dengan baik dapat ditentukan melalui metode ilmiah. Realis tidak mengharapkan atau mengantisipasi pengontrolan sepenuhnya atau memahami selengkapnya tiap sesuatu dalam alam fisik. Realis memang mengharapkan untuk memodifikasi dan memahami sesuatu itu sebaik mungkin melalui alat ilmiah. Realis berkeyakinan bahwa ilmu dan filsafat adalah alat terbaik untuk mencapai kebenaran.
Pikiran dan tubuh mempunyai hubungan yang erat dan serasi. Realis mempunyai dua pandangan terhadap asal mula dari perìlaku. Pandangan pertama mengatakan bahwa perilaku manusia dapat sebagai akibat dari hukum alam; pendapat kedua bahwa semua perilaku dapat sebasai akibat dari pembelajaran, Namun kedua belali pihak sependapat bahwa pikiran dan tubuh tidak dapat dipisahkan tetapi dapat dibedakan dan yang tidak mendahului yang lain. Agama dan filsafat dapat berdampingan, Realis berpendirian kepercayaan kepada agama tidak perlu dikompromikan antara agama dan filsafat. Individu dapat seorang atheis yang kukuh, seorang penganut suatu kepercayaan atau penganut kepercayaan antara kedua ekstrem. Filsafat idealisme tidak mengatakan posisi yang mana yang benar. Realis bebas mengkoordinasikan kepercayaan dengan pandangan filsafat.
Filosof sering memberikan sumbangan pikiran dalam membentuk lebih dari satu filsafat. Jadi banyak dari mereka yang membantu merumuskan idealisme juga setia pada unsur pikiran realistik. Realis pada masa awalnya berkeyakinan pada kekuasaan yang paling tinggi atau Tuhan. Aristoteles berkata bahwa kebenaran dan kenyataan adalah satu dan sama, dan bahwa kekuasaan pikiran menjadikan manusia unik. Karena pandangan ini, Aristoteles sering dinyatakan sebagai bapak dari realisme. St. Thomas Aquino dan Rene Descartes kedua-duanya mengatakan bahwa zat itu nyata dan diciptakan oleh Tuhan. Tulisan Descartes diakui sebagai dasar dari bidang matematika dan fisika.
Filsafat Realisme dan Pendidikan Jasmani
Pendidikan adalah untuk hidup. Seorang realis memandang pendidikan jasmani sebagai satu bagian yang berharga dari kurikulum sekolah. Pendidikan jasmani dan olahraga dipandang sebagai satu unit studi yang membantu menyiapkan siswa menyesuaikan diri dengan dunia dimana ia hidup. Partisipasi dalam aktivitas jasmani dan olahraga dipandang sebagai cara pembelajaran untuk menyesuaikan diri, dan titik berat diletakkan pada hasil dari aktivitas dalam penyesuaian. Umpamanya titik berat dalam mengajarkan bermain bola basket adalah untuk mengembangkan kualitas seperti fair play dan sportivitas dan juga mengajar siswa bagaimana memasukkan bola kedalam keranjang. Kesegaran jasmani menghasilkan produktivitas yang tinggi. Guru pendidikan jasmani dan olahraga yang realistik menitik beratkan pada nilai-nilai yang berkaitan dengan tubuh manusia sebagai contoh, kesegaran jasmani karena nilai intrinsiknya. Guru pendidikan jasmani dan olahraga yang realistik menekankan pada kenyataan bahwa seseorang yang memiliki kesegaran jasmani adalah seseorang yang mungkin paling produktif dalam masyarakat.
Program berdasarkan pada pengetahuan ilmiah. Guru pendidikan jasmani dan olahraga yang realistik mencapai tujuan dengan jalan merumuskan kurikulum secara ilmiah. Aktivitas dipilih berdasarkan pada bukti ilmiah tentang nilainya dan hasil penelitian anatomi, fisiologi, atau kinesiology. Umpamanya, dalam melatih siswa menjadi pemain bola voli, penting diketahui tentang bentuk badan yang tepat, dan memberikan daya ledak yang optimal. Pengetahuan anatomi dan fisiologi yang berkaitan dengan masalah daya ledak dapat memberikan informasi mengenai hal tersebut. Seorang guru pendidikan jasmani dan olahraga tidak akan dapat menjadi guru yang efektif bila ia tidak memiliki pengetahuan tentang asas gerak secara ilmiah.
Latihan memainkan peran yang penting dalam proses pembelajaran. Guru pendidikan jasmani dan olahraga yang realistik menggunakan latihan secara intensif dan menyusun unit kerja yang meningkat secara teratur. Titik berat pengajaran diletakkan pada hal-hal fundamental dari permainan atau kegiatan dengan tiap keterampilan dipisah ke dalam komponen-komponennya. Dengan cara ini realis berharap dapat mengembangkan kebiasaan pada siswa dalam bertindak. Realis berkeyakinan bahwa dengan membagi unsur olahraga sepefti sepak bola ke dalam semua komponennya akan memberi hasil yang baik dalam situasi bermain. Program pertandingan antar sekolah dapat membentuk perilaku sosial yang diinginkan. Realis dapat menyetujui program pertandingan antar sekolah sejauh program itu mengajarkan perilaku sosial yang diinginkan. Realis dapat menerima satu olahraga beregu seperti bola basket, karena ia dapat mengembangkan sportivitas, fair play, dan toleransi. Guru pendidikan jasmani dan olahraga yang realistik tidak akan tertarik pada program bola basket yang hanya menitik beratkan pada kemenangan.
Permainan dan rekreasi membantu dalam penyesuaian hidup. Guru pendidikan jasmani dan olahraga yang realis berkeyakinan bahwa siswa yang berpartisipasi dalam aktivitas permainan dan rekreasi akan lebih dapat berfungsi dalam masyarakat. Melalui aktivitas itu siswa berhubungan dengan aspek dari dunia nyata dimana ia nanti akan menjadi bagian dari dunia tersebut bila ia meninggalkan sekolah.
Daftar Pustaka:
- Paturusi, Achmad. (2012). Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: Rineka Cipta.
Posting Komentar untuk "ALIRAN FILSAFAT REALISME PENDIDIKAN JASMANI"