Psikologi Olahraga: Borendom, Fatigue dan Stanlaness
Cukup banyak gejala-gejala psikologik yang dapat menyebabkan merosotnya prestasi atlet. Pada kesempatan yang Singkat ini pembicaraan akan dibatasi pada gejala-gejala boredom, fatigue, Stanless.
A. Boredom
Boredom adalah perasaan jemu atau bosan, sehingga atlet tidak bergairah untuk melakukan latihan-latihan ataupun Pertandingan. Hal ini berkaitan dengan menurunnya minat, yaitu perasaan yang berhubungan dengan perhatian terhadap objek tertentu, atau kegiatan tertentu (Setyobroto, 2001).
Maslach, C. pada tahun 1978 yang mendefenisikan kejenuhan sebagai hilangnya perhatian terhadap orang lain, kehilangan perasaan positif, simpati serta respek dan ditandai munculnya ciri-ciri kejenuhan emosi.
Boredom merupakan gejala menurunnya minat atau kurang kuatnya motivasi dalam hubungannya dengan kegiatan yang dilakukan. Dalam olahraga atlet yang mengalami penurunan minat, menjadi malas berlatih atau kurang bergairah dalam melakukan latihan-latihan.
Boredom terjadi pada atlet apabila latihan-latihan kurang bervariasi, latihan bersasaran peningkatan kemampuan fisik dan kurang memperhatikan aspek psikis atlet, khususnya yang berhubungan dengan minat dan motivasi atlet. Latihan yang diberikan dengan paksaan semata-mata, tanpa menumbuhkan kesadaran arti-pentingnya tiap-tiap jenis latihan bagi atlet, juga mudah menimbulkan turunnya minat latihan.
Minat bukan hal yang bersifat tetap, tetapi dapat berubah, oleh karena itu juga dapat dipengaruhi. Mengingat besarnya makna minat dalam belajar dan berlatih, maka pelatih harus pandai, memanipulasi atau memberi perlakuan yang dapat menarik minat, berusaha mencari dan mengembangkan minat-minat baru. Hal tersebut terutama dapat dilakukan dengan mengadakan variasi program-program latihan.
Boredom akan dapat meningkat lebih lanjut, sehingga atlet 'bukan sekedar jemu atau bosan, tetapi juga merasa sama sekali tidak ada gairah dan lelah. Gejala semacam ini dapat menimbulkan. “fatigue", dimana atlet dihinggapi rasa lelah.
Untuk mengatasi keadaan jenuh atau bosan yang dialami atlet di perlukan Upaya-upaya tertentu, yaitu:
- Mengurangi Latihan yang monoton, variasi Latihan untuk memberikan suasana Latihan yang baru dapat dilakukan dengan memasukan kegiatan atau program baru.
- Menghentikan Latihan untuk sementara, program Latihan yang terlalu membebani seorang atlet sering kali dihentikan untuk sementara waktu, sebab dalam kondisi psikis seperti itu hasil Latihan menjadi kurang berarti.
- Mengubh lingkungan, ini dapat dilakukan dengan berlatih ditempat yang sama dengan suasana baru, atau berlatih ditempat lain sehingga tercipta suasana baru.
- Mengubah pola Latihan yang telah dilakukan setiap hari secara terus-menerus menjadi suatu ramuan yang baru.
- Melakukan variasi dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan yang bervariasi tersebut dapat bersifat kreaktif, produktif, bahkan edukatif. Kegiatan ini bisa dilakuakn secara individu ataupun kelompok.
- Mengembangkan keterampilan psikologis seperti relaksasi,imajeri, menentuan sasaran dan self talk atau sugesti diri secara positif.
B. Fatigue
Beragam pengertian atau istilah yang dipahami dimasyarakat dan khususnya pada dunia olahraga yang berkaitan dengan pengertian kelelahan kelelahan , kelelahan bisa diistilahkan dengan kecapekan,kepenatan, atau kepayahan. Tidak ada hal yang signifikan yang membedakan istilah-istilah itu. Semua istilah tersebut, secara umum, mengacu pada kondisi tubuh yang tidak bertenaga lagi karena aktivitas yang begitu tinggi. Selain itu, ada rasa yang tidak nyaman dan sakit ketika akan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan otot. Dengan demikian, semua istilah tersebut sama pengartiannya.
Jenis-jenis kelelahan yang mungkin dialami attet adalah “physical fatigue" atau kelelahan fisik dan “mental fatigue” atau kelelahan mental.
Kelelahan (fisik) ialah menurunya kapasitas kerja (fisik) yang disebabkan oleh karena melakukan pekerjaan itu. Menurunnya kapasitas kerja berarti menurunya kualitas dan kuantitas kerja/gerak fisik itu. Bila lingkupnya dipersempit pada kualitas gerakan, maka kelelahan ditujukan oleh menurunya kualitas gerak (Giriwijoyo, 2010).
“Physical fatigue" terjadi karena atlet mengalami kelelahan otot-ototnya, sehingga tidak dapat melakukan aktivitas fisik: terjadi ketegangan otot, badannya merasa lemas, dan sebagainya.
“Mental fatigue" terjadi karena atlet merasa lelah, meskipwi kalau diukur ketegangan otot-ototnya belum tentu menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Secara fisiologis atlet yang bersangkutor tidak menunjukkan tanda-tanda kelelahan, tetapi secara psikologis ia merasakan lelah. Sebagai akibat mental fatigue atlot menunjukkan penampilan yang lesu, lamban reaksinya, dan seolah-olah kehilangan kemampuan untuk bermain seperti biasanya.
Atlet yang mengalami "physical fatigus" perlu istirahat total, karena fisiknya memang mengalami kelelahan. Atlet yang mengalami mental fatigue tidak harus menjalankan istirahat total, karena yang diperlukan adalah relaksasi. Mengenai teknik teknik relaksasi, scperti “progressive relaxation", dan lain-lain, akan dibicarakan dibelakang. Karena mental fatigue tidak selalu diikuti physical fatigue, maka macam kegiatan yang bersifat rekreatif yang menarik minat atlet yang bersangkutan, mungkin dapat menimbulkan gairah untuk melakukan kegiatan-kegiatan fisik selanjutnya. Sebagai contoh perenang yang mengalami mental fatigue dapat diajak rekreasi naik gunung, bermain selancar, dan sebagainya.
C. Staleness
Gejala psikologik lain yang mungkin dialami atlet adalah “staleness”/“Staleness” adalah gejala pada atlet yang menunjukkan tanda-tanda atlet yang bersangkutan merasa “sudah tidak mampu lagi” untuk mencapai prestasi sebagainya diharapkan (meskipun ditinjau dari kemampuan fisiknya masih memungkinkan) (Setyobroto, 2001).
Staleness adalah kondisi yang menunjukkan status atlet yang tidak mampu mempertahankan penampilan standarnya, dengan kata lain penampilannya dibawah standar, sebagai akibat dari kelebihan latihan, akibatnya bisa berdampak depresi, jika masalah tersebut tidak segera diatasi.
“Staleness” yang dialami atlet ditandai dengan sikap dan lingkahlaku yang kurang relaks, selalu tampak tegang tidak dapat istirahat dengan tenang, badan merasa lelah, kehilangan ketelitian, sering merasa bimbang dan mudah merasa tersinggung.
Akibat lain yang timbul apabila pelatih kurang memperhatikan keadaan atlet yang mengalami “staleness", misalnya timbul tingkahlaku sebagai kompensasi: atlet yang bersangkutan menunjukkan bahwa ia selalu berlatih dengan tekun, meskipun dalam kenyataannya yang ia lakukan sehari-hari tidak demikian (tekun berlatih pada waktu ada orang lain melihatnya).
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan suasana yang sama sekali baru bagi atlet yang bersangkutan, misalnya dengan memindahkan tempat latihan dan digabungkan dengan atlet-atlet yang prestasinya lebih tinggi sehingga timbul motivasi baru unruk menyamainya.
Cara mengatasi Staleness pada Atlet
- Menentukan sasaran jangka pendek
- Mengurangi volume/intensitas latihan
- Menambah waktu tidur dengan baik
- Istirahat dari latihan
- Mengkonsumsi makanan sesuai standar gizi
Daftar Pustaka
- Giriwijoyo. S. (2010). Ilmu Faal Olahraga (Fungsi Tubuh Manusia Pada Olahraga Untuk Kesehatan dan Untuk Prestasi). Bandung: Remaja Rosdakarya.
- Gunarsa, Singgih D. (2004). Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta: Gunung Mulia.
- Setyobroto, S (2001). Mental training. Jakarta : Percetakan SOLO.
kesimpulanya ngga ada sih
BalasHapus