Pengertian Dan Sejarah Perkembangan Atletik
Pengertian Atletik
Kata “atletik” berasal dari bahasa Yunani, athlon atau athlum, yang berarti lomba atau perlombaan. Di Amerika dan Sebagian Eropa serta Asia, istilah track and field seringkali dipakai untuk kata atletik ini. Sedangkan di Jerman, leicht athletik; dan Belanda athletiek. Atletik merupakan kegiatan fisik atau jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu, jalan, lari, lompat, dan lempar. Di samping itu, atletik juga bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan biomotorik, misalnya, kekuatan, dayatahan, kecepatan, kelenturan, koordinasi, dan sebagainya. Dan, kegiatan atletik ini juga dimanfaatkan sebagai sarana penelitian bagi para ilmuwan di bidang keolahragaan. Pertandingan atau lomba untuk atletik ini disebut dengan nomor. Nomor-nomor dalam atletik yang sering diperlombakan adalah sebagai berikut:
1. Nomor jalan dan lari
a. Jalan Cepat untuk putri, 10 dan 20 km; dan, putra 20 km dan 50 km.
b. Lari
Untuk nomor lari, ditinjau dari jarak tempuh terdiri dari:
1) Lari jarak pendek (sprint) mulai dari 60 m sampai dengan 400 m.
2) Lari jarak menengah (middle distance); 800 m dan 1500 m.
3) Lari jarak jauh (long distance); 3000 m sampai dengan 42.195 km (marathon).
Dan, ditinjau dari lintasan atau jalan yang dilewati, terdiri dari:
1) Lari di lintasan tanpa melewati rintangan (fl at); 100 m, 200 m, 400 m, 800 m, 1500 m, 5000 m, dan 10.000 m.
2) Lari Ladang atau cross country atau lari lintas alam.
3) Lari 3000 m halang rintang (Steplechase).
4) Lari gawang 100 m, 400 m gawang untuk putri dan 110 m dan 400 m gawang untuk putra
Sedangkan, dari jumlah peserta dan jumlah nomor yang dilakukan terdiri dari:
1) Lari estafet, 4 x 100 m untuk putra dan putri; dan, 4 x 400 m untuk putra dan putri
2) Combined Event (nomor lomba gabungan); panca lomba (untuk kelompok remaja), sapta lomba (junior putra-putri dan senior putri), dan dasa lomba (senior putra).
2. Nomor Lompat terdiri dari:
a. lompat tinggi (hight jump)
b. lompat jauh (long jump)
c. lompat jangkit (triple jump)
d. lompat tinggi galah (polevoult)
3. Nomor Lempar terdiri dari:
a. Tolak Peluru (shot put)
b. Lempar lembing (javelin throw)
c. Lempar cakram (discus throw)
d. Lontar martil (hammer)
Dalam suatu perlombaan atletik, bisa diadakan lebih dari satu macam perlombaan. Misalnya, nomor jalan cepat dapat dilaksanakan di jalan raya (race walking); sedangkan, nomor lari, lompat, dan lempar di dalam stadion. Banyaknya jumlah perlombaan yang diperlombakan tergantung dari sifat dan tingkat perlombaan, baik tingkat daerah maupun nasional.
Sejarah Atletik
1. Atletik pada Masa Yunani Kuno
Atletik jalan, lari, lompat, dan lempar disebut juga sebagai “ibu atau induk” dari seluruh cabang olahraga (mother of sports). Karena gerakan atau kegiatan fi sik dalam atletik ini mencerminkan kehidupan manusia di zaman purba. Kegiatan jalan, lari, lompat, dan lempar secara tidak sadar sudah mereka lakukan dalam usaha mempertahankan dan mengembangkan hidupnya. Bahkan, kegiatan ini digunakan untuk menyelamatkan diri dari gangguan alam sekitarnya. Pada tahun 390 SM, pembinaan suatu bangsa terfokus pada peningkatan kekuatan fisik, terutama pertumbuhan menuju bentuk tubuh yang harmonis dan serasi melalui perpaduan kegiatan gymnastik, gramaika, dan musika. Dalam kegiatan gymnastic terdapat gerakan lari, lompat, lempar lembing, lempar cakram, dan gulat. Kelima macam gerakan ini dilakukan oleh kaum muda untuk meningkatkan dan membangun kekuatan serta membentuk tubuh yang perkasa. Olahraga atletik di jaman Yunani dipopulerkan oleh Iccus dan Herodicus pada abad ke-4. Pada masa itu, kelima macam cabang kegiatan dikenal sebagai olahraga Pentathlon yang berarti lima, sehingga setiap perlombaan selalu menggunakan istilah Pentathlon. Peserta dalam lomba ini wajib mengikuti kelima macam olahraga tersebut.
Humeros, pujangga Yunani mencatat sejarah atletik pertama di dunia. Salah satu catatannya, olahraga atletik sudah dilakukan oleh orang-orang pada zaman purba atau sekitar 100 tahun sebelum Masehi. Sebelum adanya olimpiade kuno, masyarakat Yunani yangterdiri dari berbagai suku ini sering terjadi perang antar suku. Dengan adanya olimpiade kuno, dimana ada cabang atletik yang diperlombakan, maka peperangan antar suku semakin jarang. Sebab, masing-masing suku mempersiapkan atlet-atletnya yang akan diterjunkan dalam kegiatan olympiade kuno tersebut. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa olahraga atletik sudah diperlombakan sejak olimpiade kuno oleh masyarakat Yunani. Arena perlombaan dimana para atlet akan berlomba, dikelilingi dengan tembok yang kuat. Arena ini dinamakan Palaestra. Selain bertujuan untuk perdamaian antar suku di Yunani, olimpiade juga bertujuan untuk upacara keagamaan, yaitu, untuk menyembah dewa orang Yunani, Zeus.
Di masa olimpiade kuno, perlombaan yang diadakan terdiri dari:
1. lomba lari
2. pentathlon:
a. lari cepat
b. lompat jauh
c. lempar lembing
d. lempar cakram
e. gulat
3. parcration
4. gulat
5. tinju
6. pacuan kereta kuda
Untuk sang juara pada perlombaan pentathlon, dinobatkan menjadi Raja Olimpiade Kuno dan diarak keliling kota yang disambut oleh masyarakat dengan mengelu-elukan kedatangan
sang juara tersebut. Dengan adanya pesta olimpiade ini, masyarakat Yunani termotivasi untuk selalu giat berlatih, terutama kaum mudanya. Hal ini berpengaruh positif bagi ketahanan bangsa untuk mempertahankan negaranya dari serangan lawan, seperti halnya yang terjadi di kota Marathon, sebuah kota kecil di tepi pantai Miltiades. Pasukan Yunani yang jumlahnya pasukannya sedikit mampu menghalau Angkatan perang Persia yang jumlahnya jauh lebih banyak.
Salah seorang prajurit Yunani yang ikut berperang berharihari, Phellippides, disuruh memberi kabar atas kemenangan ini ke kota Athena dengan berlari-lari. Setibanya di pintu gerbang kota Athena, Phellippides meninggal dunia akibat kehabisan tenaga. Peristiwa ini terjadi pada tahun 490 SM.
Untuk mengenang wafatnya sang pahlawan, masyarakat Yunani mengadakan lari marathon, dengan berlari dari kota Marathon ke kota Athena yang berjarak kurang lebih 42,195 km. Sampai saat ini, kegiatan lari marathon ini diperlombakan, termasuk di Indonesia maupun di dunia internasional. Zaman keemasan atletik di Yunani berakhir pada tahun 338 SM. Ketika itu, bangsa Macedonia di bawah kepemimpinan raja Iskandar Zulkarnaen menyerang Yunani dan berhasil menaklukannya, dan disusul terjadinya huru-hara bangsa Yunani dengan bangsa Romawi yang berakibat hancurnya peradaban dan kebudayaan bangsa Yunani. Bahkan olimpiade kuno dihentikan semasa kekuasaan Romawi di tangan Kaisar Theodoseus. Peradaban Yunani benar-benar hancur setelah terjadi penyerangan Oleh bangsa Barbar dari daratan Asia dan disusul meletusnyagunung Olympus yang menghancurkan stadion olimpiade dan patung-patung kebesaran bangsa Yunani seperti patung Zeus.
2. Atletik pada masa Olimpiade Modern
Gerakan olympiade modern berasal dari masyarakat Eropa pada abad ke-19. Pada waktu itu, masyarakat di sana telah memulai membentuk perkumpulan-perkumpulan atletik dan bahkan mengadakan perlombaan-perlombaan antar perkumpulan dan antar perguruan tinggi (mahasiswa). Pada tahun 1817, Captain Mason, berkebangsaan Inggris, mendirikan perkumpulan atletik (klub) yang bernama Nepton Guild.
Pada perlombaan atletik tahun 1834, peserta harus melewati limit yang ditentukan oleh panitia penyelenggara. Misalnya, untuk lari 440 yard (400 m), limit yang ditentukan oleh panitia adalah 60 detik; sedangkan, untuk lari 1 mil (1500 m) limitnya adalah 5 menit.
Perlombaan atletik antar mahasiswa yang pertama kali diadakan pada tahun 1850. Dan pada tahun 1855 di Cambridge, perlombaan atletik antar negara, khususnya antara negara Inggris
dan Prancis diadakan. Sedangkan, di Amerika, perkumpulan olahraga atletik pertama di kota San Fransisco pada tahun 1860 yang diberi nama Olympic Club dan kejuaraan pertama kali diadakan oleh Athletic Club NewYork pada tahun 1868.
Gerakan beratletik semakin tumbuh dan berkembang. Hal ini tampak dari berdirinya organisasi-organisasi atletik di seluruh dunia, seperti di Inggris berdiri organisasi atletik, British Amateur Athletic Board tahun 1880; di New Zealand, New Zealand Amateur Athletic Association tahun 1887; di Afrika Selatan, South African Amateur Athletik Union tahun 1895; di Swedia, Svenska Fri Idrotts Forbunder tahun 1895; Norwegia, Norges Fri-Idretts for-Bun tahun 1896; di Australia, The Amateur Athletic Union of Australia tahun 1897; Czechoslovakia, Czechoslovensky Atliticchysvas; di Yunani, Association Haellenque de Atletikai Szovetse; dan, di Belanda Koninklijke Nederlandesh Athletiek Unie tahun 1911.
Pada tanggal 25 Maret 1896 pesta olympiade moderen I dibuka di kota Athena, Yunani dan cabang olahraga atletik untuk pertama kalinya diperlombakan dalam Olympiade I, di samping cabang olahraga renang, senam, bersepeda, anggar, dan gulat. Nomor-nomor atletik yang dipertandingkan pada waktu itu adalah untuk nomor lari 100 m, 400 m, 800 m, 1500 m, dan marathon 42.195 km. Nomor lompat yang dipertandingkan adalah lompat jauh, jangkit, tinggi, dan tinggi galah. Sedangkan, untuk nomor lempar adalah lempar lembing, cakram, dan tolak peluru. Selain itu, juga dipertandingkan nomor gabungan, yaitu, panca lomba dan dasa lomba.
Pertandingan atletik pada waktu itu hanya diperuntukkan untuk kaum laki-laki saja dan wanita wanita mulai diperbolehkan ikut pertandingan atletik di olympiade modern, 30 puluh tahun kemudian, tahun 1928 di Amsterdam.
3. Atletik Indonesia Masa Penjajahan Belanda dan Jepang
Atletik di Indonesia disebarluaskan oleh bangsa Belanda pada tahun 1930. Namun, penyebaran atletik ini masih terbatas pada daerah atau kota-kota besar, seperti, Jakarta, Surabaya, dan Bandung, sehingga masyarakat di daerah lain, khususnya pedesaan atau perkampungan tidak banyak mengenalnya. Terbatasnya penyebaran olahraga ini, karena bangsa Belanda hanya mengenalkan atletik di kalangan anak-anak sekolah dan kalangan militer dan bertujuan untuk pembinaan kebugaran jasmani. Dan, ini pun hanya sebagai kelengkapan pendidikan. Jadi, bukan untuk meningkatkan dan mengembangkan prestasi olahraga atletik di Indonesia.
Organisasi atletik pertama di Indonesia didirikan pada tanggal 21 Juli 1917 dengan nama NIAU (Nederlands Indische Athletiek Unie). Dengan berdirinya organisasi tersebut, maka setiap tahun selalu diadakan pertandingan atletik. Salah satu atlet ternama pada waktu itu adalah Noerbambang untuk nomor lari 100 m (10.8 det.), Soetantio Singgih untuk nomor lompat tinggi (1.80 m), Harun Al Rasyid nomor lompat jauh (7.03 m). Kegiatan olahraga mulai berkembang pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia dari tahun 1942 sampai dengan tahun 1945. Jepang mewajibkan semua pegawai, pelajar, dan mahasiswa untuk mengikuti gerakan senam setiap pagi melalui radio yang dikenal dengan nama “Taiso”. Demikian juga dengan kegiatan atletik mendapatkan perhatian dari pemerintah Jepang, khususnya kalangan pelajar dan mahasiswa. Hal tersebut terlihat dari kegiatan setiap akhir tahun selalu ada perlombaan atletik untuk kalangan pelajar dan mahasiswa.
Satu-satunya wadah untuk menampung semua kegiatan olahraga yang sifatnya nasional pada waktu itu termasuk atletik, didirikanlah organisasi olahraga yang bernama ISI (Ikatan Sport Indonesia). Salah satu kegiatan pertama kali dilakukan oleh ISI adalah pekan olahraga di lapangan IKADA (Ikatan Atletik Djakarta) yang diikuti oleh atlet-atlet yang berasal dari pulau Jawa. Atlet terkenal pada waktu itu, antara lain, Bram Matulessi untuk nomor lempar lembing dan Sutrisno untuk Pancalomba.
4. Atletik Setelah Indonesia Merdeka
Keolahragaan di Indonesia semakin maju dan berkembang setelah bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 agustus 1945, meskipun situasi dan kondisi pada waktu itu masih belum stabil dan belum mendukung. Tetapi semangat bangsa Indonesia untuk mewujudkan cita-cita dalam kegiatan olahraga khususnya, tidak pernah padam. Hal ini terlihat dari semangat para pelajar dan mahasiswa untuk tetap melakukan latihan.
Pada bulan Januari 1946 diselenggarakan kongres untuk menghidupkan kembali keolahragaan di Indonesia yang berlangsung di Kota Solo. Dari hasil kongres tersebut lahirlah PORI (Persatuan Olahraga Republik Indonesia) yang mewadahi seluruh kegiatan keolahragaan di Indonesia. Langkah pertama yang dilakukan oleh PORI untuk membangkitkan semangat keolahragaan di Indonesia adalah menyelenggarakan PON I pada tahun 1948 di kota Solo. Tujuan diselenggarakannya PON I tahun 1948 adalah mempersatukan seluruh kegiatan olahraga dalam suatu pertemuan besar, juga sebagai latihan untuk menyelenggarakan olimpiade, jika kelak mendapatkan kepercayaan dari dunia internasional.
Bertitik tolak pada penyelenggaraan PON I di Solo, para tokoh Atletik Indonesia berkumpul di Semarang pada tanggal 3 September 1950 untuk membentuk organisasi atletik Indonesia yang menampung semua kegiatan atletik di seluruh Indonesia. Organisasi ini bernama PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia).
Referensi
- Purnomo, Eddy & Dapan. (2017). Dasar-Dasar Gerak Atletik. Yogyakarta: ALFAMEDIA.
Posting Komentar untuk "Pengertian Dan Sejarah Perkembangan Atletik"